Senin, 26 November 2012


  1. METODE ILMIAH
1.      Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah
Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya jalan. Sedangkan dalam bahasa latin “methodus” berarti cara. Dalam bahasa Inggris “method” artinya: 1) procedure of process for attaining an object, systematic procedure, technique, or mode of inquiry by or proper to a particular discipline or art. 2) a discipline that deals with rhe principles and techniques of scientific inquiry[1].
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa metode adalah suatau proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah. Sedangkan metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metode-metode, aturan-aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus[2].
Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis[3]. Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasialkan diharapkan mempunyai karakteristik-karrakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan terujia yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya[4].
Metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang metode-metode yang dipergunakan dalam penelitian. Suatu penelitian dapat disebut sebagai penelitian ilmiah, jika penelitian tersebut dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah yang benar adalah :
a.       Berdasarkan fakta;
b.      Bebas dari prasangka;
c.       Menggunakan prinsip analisis;
d.      Menggunakan hipotesis;
e.       Menggunakan ukuran objek: dan
f.       Menggunakan teknik kuantifikasi.[5]
Jadi, metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Setiap peneitian pada hakikatnya mempunyai metode penelitian masing-masing, dan metode-metode penelitian dimaksud ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kegiatan pertama dalam penyusunan metode penelitian adalah, menyatakan secara lengkap dan operasional terhadap tujuan penelitian yang mencakup, bukan saja variabel-variabel yang akan diteliti dan karakteristik hubungan yang akan diuji, melainkan sekaligus tingkat keumuman (level of generality) dari kesimpulan yang ada, seperti tempat, waktu kelembagaan dan sebagainya. Metode penelitian mencakup beberapa teknik seperti teknik pengambil contoh, teknik pengukuran, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Hasil pemilihan dan analisis masalah serta penentuan metodologi penelitian, lazimnya di tuangkan dalam design atau rancangan penelitian “cetak biru” (blue frint), suatu penelitian yang akan dilaksanakan.
Pengumpulan data adalah aktifitas pengumpulan informasi sesuai dengan sumbernya, metode dan instrumens penelitian data, sebelumnya telah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki penelitian. Metode pengumpulan data yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya melalui beberapa cara, seperti : observasi, wawancara, dan angket. Variabel yang akan dikumpulkan, sumber data yang berasal dari mana keterangan mengenai variabel tersebut akan di dapat, terdapat dalam teknik pengumpulan data.[6]
Dalam metodologi penelitian, juga harus dicantumkan teknik analisis data. Misalnya ; penelitian yang bersifat pengaruh, “pengaruh metode inteactive learning terhadap prestasi siswa” model penelitian ini, biasanya menggunakan teknik analisa data regresi. Penelitian yang bersifat hubungan (kausalitas), seperti : “hubungan antara kondisi keluarga dengan prestasi siswa”, model penelitian ini biasanya menggunakan teknik analisa data rank spearment atau Produck Moment. Penelitian yang bersifat perbedaan seperti : “perbedaan prestasi siswa yang tinggal di rumah” biasanya menggunakan teknik analisa data T. Test, dan lain sebagainya.[7]
  1. UNSUR-UNSUR METODOLOGI
Unsur-unsur metodologi sebagaimana telah dirumuskan oleh Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair dalam buku metodologi penelitian filsafat (1994), antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1.      Interpretasi
Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subyektif (menurut selera orang yang menafsirkan) melainkan harus bertumpu pada evidensi obyektif, untuk mencapai kebenaran yang otentik. Dengan interpretasi ini diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian, pemahaman atau Verstehen. Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari.
2.      Induksi dan Deduksi
Diakatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan metode induksi dan deduksi, menurut pengertian siklus empiris. Siklus empiris meliputi beberapa tahapan, yakni: observasi, induksi, deduksi, kajian (eksperimentasi) dan evaluasi. Tahapan itu pada dasarnya tidak berlaku secara berturut-turut, melaikan terjadi sekaligus. Tetapi siklus ini diberi bentuk tersendiri dalam penelitian filsafat, berhubugnan dengan sifat-sifat obyek formal yang istimewa, yaitu manusia.
a.       Induksi adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum. Induksi pada umumnya disebut generalisasi. Yaitu ilmu eksakta mengumpulkan data yang jumlahnya tertentu, dan di atas dasar data itu disusun suatu pengertian umum.
b.      Deduksi adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Deduksi dapat dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu:
1)      Dari pemahaman yang telah digeneralisasikan dapat dibuat deduksi mengenai sifat-sifat lebih khusus yang mengalir dari yang umum tadi, tetapi segi-segi khusus ini masih tetap merupakn pengertian umum.
2)      Akhirnya, semua yang umum harus dilihat kembali dalam hakikat menusia yang individual. Oleh pemahaman yang universal tadi individu disoroti dan dijelaskan. Dengan demikian generalisasi yang dahulu dikaji kembali apakah memang sesuai dengan kenyataan realistic atau tidak, kemudian baru direfleksikan kembali.
c.       Lingkaran Hermaneutik
Hermaneutik berasal dari bahasa Yunani, hermeneou, yang memiliki beberapa pengertian; (1) mengungkapkan pikiran seseorang dalam kata-kata, (2) menterjemahkan atau bertindak sebagai penafsir atau bisa berarti menafsirkan[8]. Sebenarnya istilah induksi-deduksi tidak dapat dijelaskan mana yang terjadi lebih dahulu. Yang khusus dari semula dipahami dengan dilatarbelakangi oleh yang umum, seakan-akan yang umum telah diketahui sebelumnya. Seperti contoh di bidang hukum, seorang hakim menerapkan hukum-hukum umum pada kasus-kasus kongkret. Akan tetapi, sebaliknya hukum-hukum itu juga baru dimengerti dalam dan dengan menerapkan pada kasus kongkret itu[9].
d.      Identifikasi
Penelitian sendiri melebarkan horizon pribadi (pandangan pribadi secara mendatar) dengan cara mengolah lingkaran pemahahman antara yang khusus dan yang umum. Justru di dalam pemahaman transidental[10] ia dapat lebih memahami diri. Oleh sebab itu, peneliti kembali ke intropeksi[11] dan melibatkan pribadi. Dengan demikian, universalitas dan generalisasi itu bukan tinggal suatu abstraksi belaka, melainkan menjadi pemahaman pribadi dan eksistensial[12].
3.      Koherensi intern
Yaitu usaha memahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur-unsur struktural dilihat dalam suatu struktur yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan internal struktur atau internal relation.
4.      Holistik
Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh. Obyek dilihat nteraksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas obyek akan terlihat bila ada korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya. Obyek (manusia) hanya dapat dipahami dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan manusia, dan manusia sendiri hubungannya dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi-reaksi sesuai dengan tema zamannya.pandangan menyeluruh ini juga disebut totalitasi, semua dipandang dalam kesinambungannya dalam satu totalitas.
5.      Kesinambungan historis
Jika ditinjau menurut perkembangannya, manusia itu adalah mahluk historis. Manusia disebut demikian karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran, bersama dengan lingkungan zamannya. Masing-masing orang bergumul dalam relasi dengan dunianya untuk membentuk nasib dan sekaligus nasibnya dibentuk oleh mereka. Dalam perkembangan pribadi itu harus dapat dipahami melalui suatu proses kesinambungan.
6.      Idealisasi
Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau yang sempurna. Misalnya dalam sosialitas manusia, atau dalam kebebasan atau dalam kejasmanian-kerohaniannya sudah ditunjukkan suatu realisasi harmonis yang diwajibkan kepada manusia, akan tetapi jarang atau tidak pernah direalisasi menurut kesempurnaannya.
7.      Komparasi
Adalah usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam obyek penelitian sehingga dapat lebih jelas dan lebih tajam. Komparasi dapat diadakan dengan obyek lain yang sangat dekat dan serupa dengan obyek utama. Dengan perbandingan itu, dengan meminimalkan perbedaan-perbedaan yang masih ada, banyak yang ditemukan kategori dan sifat yang berlaku bagi jenis yang bersangkutan. Dan komparasi juga dapat diadakan dengan obyek lain yang sangat berbeda dan jauh dari obyek utama.
8.      Heuristika
Adalah metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan masalah. Heuristika benar-benar dapat mengatur terjadinya pembaharuan ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat memberikan kaidah yang mengacu.
9.      Analogikal
Adalah filsafat meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data. Dengan demikian, akan dilihat analogi antara situasi atau kasus yang lebih terbatas dengan yang lebih luas.
10.  Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan atau dibahasakan, ada kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiran seperti antara jiwa dan raga. Data yang dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami secara mantap[13].
  1. MACAM-MACAM METODE ILMIAH
1.      Metode induksi-deduksi
Metode induksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus,kemudian menarikkesimpulan yang bersifat umum.Artinya dalam hal ini oarang mengawali suatu penalaran dengan memberikan contoh-contoh tentang peristiwa-peristiwa khusus yang sejenis kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Penarikan kesimpulan secara umum adalah sebagai berikut :
“Perunggu itu apabila dipanaskan akan memuai,perak bila dipanaskanakan memuai,begitupulah dengan emas apabila dipanaskan akan memuai juga”. Dengan demikian semua logam apabila dipanaskan akan memuai pula.

Induksi ini pada umumnya disebut generalisasi. Kasus manusia yang kongkret itu individualnya  dalam jumlah terbatas dianalisis dan pemehaman yang ditemukan di dalamnya dirumuskan secara universal. Pada metode induksi filosofis ini, hakekatnya manusia yang universal ditemukan di dalam yang individual. Berarti hakekatnya itu berlaku bagi semua kasus, dalam situasi manapun. Pada penggunaan metode induksi, kesimpulan yang diperoleh pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang boleh jadi benar.
Sedangkan Metode Deduksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak pada pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.Artinya dalam hal ini orang perlu menentukan sikap tertentu dalam menghadapi masalah tertentu, dan berdasarkan atau sikap tadi kemudian mengambil langkah kesimpulan dalam tingkat yang lebih rendah.
Penerapan metode deduksi harus melalui dua tahap,yaitu:
a.       Dari pemahaman yang telah digeneralisasi dapat dibuat deduksi mengenai sifat-sifat yang lebih khusus yang mengalir dari yang umum,tetapi segi khusus ini masih tetap merupakan pengertian umum.
b.      Yang umum semuanya harus dilihat kembali dalam skala yang individual,oleh pemahaman universal tadi,individual disorot dan dijelaskan.
Sebenarnya dari metode induksi maupun deduksi, tidak dapat dikatakan mana yang lebih dahulu. Jadi antara induksi dan deduksi terdapat suatu lingkaran Hermeneutik, dari umum ke khusus dan dari khusus ke umum.
2.      Metode Analisis – Sintesis
Metode Analisis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek yang diteliti. Jadi dalam hal ini orang akan memperoleh pengetahuan yang sifatnya baru sama sekali. Metode Analisis ini dapat diterapkan terhadap pengertian yang bersifat apriori maupun aposteriori. Apriori yaitu sifat bahannya diperoleh tidak melalui pengalaman-pengalaman indrawi. Aposteriori yaitu pengertian mengenai hal-hal yang ada dan sudah pernah ada dalam pengalaman-pengalaman seseorang, khususnya pengalaman indrawi. Misalnya kita membuat definisi tentang kursi, kursi adalah tempat duduk itu merupakan pengertian yang sudah jelas, oleh karena itu kita tidak memperoleh pengetahuan yang baru sama sekali apa yang dinamakan kursi,melainkan kejelasan mengenai apa yang disebut kursi.
Apabila menerapkan metode analisis, maka dalam hal ini kita sekedar memilah-milahkan antara pengertian mana yang merupakan pengertian yang sesunggunya untuk memberikan keterangan.
Sedangkan Metode Sintetis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan. Metode ini berarti cara penanganan terhadap obyek ilmiah tertentu dengan jalan menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, yang pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang sifatnya baru sama sekali. Seperti halnya metode analisis, metode sintetis ini dapat diterapkan terhadap bahan yang bersifat apriori ataupun aposteriori. Penerapan yang pertama akan menghasilkan pengetahuan sintetik apriori dan pengetahuan yang kedua menghasilkan pengetahuan sintetik aposteriori. Maksud pokok metode ini itu untuk mengumpulkan semua pengetahuan yangdapat diperoleh untuk menyunsun suatu pandangan dunia. Sintetis merupakan uasaha untuk mencari kesatuan dalam keberagaman.
3.      Metode Hermeneutik
a.       Pengertian Metode Hermeneutik
Secara etimologis, kata hermeneutik berasal dari Yunani yang berarti menafsirkan. Istilah tersebut menurut mitologis, diambil dari nama tokoh yang bernama Hermes, yaitu seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan Yunani kepada manausia. Tugas Hermes menerjemahkan pesan-pesan dari Dewa di Gunung Olympus ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia.
Oleh karena itu Hermeneutik pada akhirnya diartikan sebagai proses mengubah sesuatu dari situasi ketidaktahuan, menjadi mengerti. Batasan umum ini dianggap benar,baik Hermeneutik klasik maupun dalam pandangan modern(Richard E.Palmer,1969:3) yaitu: Semenjak seni berbicara dan seni memahami berhubungan satu sama lain, maka berbicara merupakan sisi luar dari berpikir, hermeneutik merupakan bagian dari berpkir itu, dan oleh karenanya bersifat filosofi.
Dengan demikian penerapan hermeneutik sangat luas yaitu meliputi bidang teologi, filosofi, linguistik dan hukum. Hermeneutik sebagai suatu metode diartikan sebagai cara menafsirkan simbol yang berupa teks atau benda kongkret untuk dicari arti dan maknanya.
b.      Keterkaitan Antara Hermeneutik Dengan Bahasa
Menurut Friedrich Ast tugas Hermeneutik adalah membawa keluar makna interal dari suatu teks beserta isi situasinya menurut zamannya. Membagi tugas itu ke dalam 3 bagian yaitu: sejarah, tata bahasa dan aspek kerohanian.
Menurut Richard Palmer,hermeneutik adalah proses penelaahan isi dan maksud yang mengejawantah dari sebuah teks sampai maknanya yang terdalam dan laten.
Menurut Paul Ricoeur filsafat adalah sebuah hermeneutik yang membaca makna yang tersembunyi dan didalam sebuah teks yang mengandung arti yang kelihatannya sudah jelas. Schleirmacher menawarkan sebuah rumusan positif dalam bidang seni interpretasi, yaitu rekontruksi historis, obyektif dan subyektif terhadap suatu pernyataan. Ia bermaksud membahas sebuah pernyataan dalam hubungan bahasa sebagai keseluruhan.
Tugas hermeneutik adalah memahami teks sebaik-baiknya atau lebih baik dari pengarangnya sendiri, dan memahami pengarang teks lebih baik dari memahami diri sendiri. Oleh karena itu setip bagian dari suatu peristiwa hanya dapat dipahami dalam konteks keseluruhan bagaian-bagaiannya, juga sebaliknya, penafsiran harus mempunyai pandangan yang menyeluruh sebelum ia melakukan interpretasi lebih cermat.
c.       Penerapan hermeneutik dalam ilmu-ilmu humaniora
Edmund Husserl menyatakan obyek dan makna tidak pernah terjadi secara serentak atau bersama-sama,sebab pada mulanya obyek itu netral. Meskipun arti atau makna muncul dari sebuah obyek atau obyek menurunkan maknanya atas dasar situasi obyek, semuanya adalah sama saja.
4.      Metode Penelitian Ilmiah Lainnya
Metode Penelitian Ilmiah pada hakekatnya adalah untuk mencari, memperoleh, menemukan kebenaran ilmu pengetahuan baru. Dalam hal ini ada beberapa macam teori untuk mencapai kebenaran pengetahuan yaitu:
a.       Pendirian Positivisme yaitu pendirian yang tidak mengenal perbedaan kualitas antara indra dan akal, yang ada hanya perbedaan kuantitas. Yang diterima sebagai pengetahuan adalah yang betul-betul merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang Yang diterima sebagai pengetahuan adalah yang betul-betul merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang positif yang berdasarkan pada pengalaman indera, sedangkan pengertian yang bersifat umum abstrak dianggap tidak mempunyai nilai ilmiah. Kesimpulan disunsun atas dasar pengalaman, yang menjadi pangkal segala penelitian, sedangkan bukti-bukti yang dipakai adalah induksi. Semua perkembangan penelitian yang sampai pada kausa adalah tidak dapat diterima sebagai pengetahuan yang sesungguhnya. Dengan demikian pengetahuan kefilsafatan, terutama metafisika, karena merupakan pengetahuan yang tidak berdasarkan tangkapan panca indera, tidak mungkin dapat diteliti secara inderawi. Satu-satunya tugas ilmu pengetahuan ialah mengadakan penelitian gejala-gejala, yang daripadanya dapat diambil kesimpulan yang umum.
b.      Pendiri Idealisme merupakan pendirian kebalikan dari positivisme yang hanya mengenal fakta-fakta. Idealisme hanya mengenal ide-ide yang sama sekali terlepas dari fakta-fakta. Apabila fakta-fakta itu dimasukkan ke dalam lingkungan penelitian, maka hal itu hanyalah merupakan materi bagi penerapannya. Karena itu metodenya adalah sintetis.
c.       Pendirian Realisme adalah pendirian campuran yang menyatukan pendirian Positivisme dan Idealisme dengan bertitik pangkal pada panca indera,indera batin maupun akal dapat dipakai untuk memperoleh pengetian-pengertian yang betul-betul ilmiah,keduanya saling melengkapi. Demikian juga dengan alat-alat pembuktiannya yang induktif dan deduktif. Maka metodenya adalah analisis dan sintetis. Yang paling tepat untuk pendirian Realisme adalah metode Realistik Abstrak.
d.      Pendirian Skeptisisme
Pendirian ini menganggap bahwa segala sesuatu hanya merupakan pengertian yang relatif dan subyektif. Dengan demikian manusia dianggap tidak mampu memperoleh pengertian yang sungguh-sungguh sebagaimana adanya, yang dapat ditangkap hanya gejala-gejalanya saja. Adanya berbagai ragam pendirian diatas menyebabkan adanya metode ilmiah lainnya yaitu:
1)      Metode Eklektis
Dalam metode Elektis semua sistem diambil mana yang dianggap dapat digunakan dan dijadikan satu, hal ini kita jadikan penuntun karena manusia itu mempunyai sifat eklektis.
2)      Metode Keragu-raguan
Dalam penelitian ini peneliti harus mengobyektifkan diri, kita harus dapat menempatkan sebagai subyek peneliti yang obyektif. Keadaan ini disebut keraguan yang metodis yang tidak hanya merupakan pangkal, tetapi harus mempengarui arah penelitian. Peneliti ini harus betul-betul berpikir secara obyektif, agar keraguan metodis seluruhnya dapat dipertanggungjawabkan dan akhirnya tida lagi bersangkut paut dengan sikap skeptisisme.
Sedangkan dalam prakteknya, metodologi penelitian dikelompokkan ke dalam beberapa metode sesuai dengan disiplin keilmuan yang akan ditelitinya. Diantara metode-metode itu adalah :
a.       Metode sejarah. Penelitian dapat dilihat dalam perspektif serta waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki, dan mempunyai perspektif historis.
b.      Metode deskriftif. Suatu metode yang meliputi status kelompok manusia dalam suatu objek, kondisi dan sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang.
c.       Metode eksperimental. Penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.
d.      Grounded research. Suatu metode yang mendasarkan diri kepada fakta dan menggunakan analisa perbandingan yang bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori dimana pengumpulan dan analisa data berjalan pada waktu yang bersamaan.
e.       Metode penelitian tindakan (action research). Suatu metode yang dikembangkan peneliti dan (desicion maker) tentang variabel yang dapat memanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan.[14]















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.
2.      Unsur-unsur metodologi sebagaimana telah dirumuskan oleh Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair dalam buku metodologi penelitian filsafat (1994), antara lain, interpretasi, induksi dan deduksi, lingkaran hermaneutik, identifikasi, koherensi intern, holistik, kesinambungan historis, idealisasi, komparasi, heuristika, analogikal, deskripsi.
3.      Macam-macam metode diantara lain ialah ; metode induksi - deduksi, metode analisis – sintesis, metode hermeneutic,  metode kualitatif-kuantitatif, metode penelitian ilmiah lainnya. Metode Penelitian Ilmiah pada hakekatnya adalah untuk mencari, memperoleh, menemukan kebenaran ilmu pengetahuan baru. Dalam hal ini ada beberapa macam teori untuk mencapai kebenaran pengetahuan yaitu: pendirian positivisme, pendirian idealisme, pendirian realisme, pendirian skeptisisme. Adanya berbagai ragam pendirian diatas menyebabkan adanya metode ilmiah lainnya yaitu: metode eklektis dan metode keragu-raguan.
B.     SARAN
Sebagai mahasiswa yang mempunyai intelektual dan akan menjadi penerus bangsa di eara Science ini, dalam mengkaji sebuah penelitian, hendaknya menggunakan metode-metode ilmiah seperti yang telah dipaparkan dalam makalah ini, agar sebuah penelitian tersebut dapat dianggap masuk akal dan bukan omong kosong belaka.
DAFTAR PUSTAKA
MKD, Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011.
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: PT RajaGravindo Persada, 1997.
Suharto, Suparlan, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2005.
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai, Bandung : Divisi Buku Umum, 2006, Cet.2.
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 2009



[1] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2005), Hal, 94, Yang dikutip dalam bukunya Webster’s: 1979
[2] Ibid, 95
[3] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 2009), Hal, 119
[4] T. H. Huxley, “the method of Scientific Investigation, “Science Method And Meaning, ed. Sammuel Rapport dan Hellen Wright (New York: Washington Square Press, 1964), Hal, 2. (lihat buku kedua, Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 2009), Hal, 120
[5]  Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai ( Bandung : Divisi Buku Umum, 2006), cet.2, hlm 168.
[6]  Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai ( Bandung : Divisi Buku Umum, 2006), cet.2, hlm 170.
[7]  Ibid,. hlm 171.
[8] Tim penyusun MKD, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011), Hal, 208
[9] Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT RajaGravindo Persada, 1997), Hal, 44, yang dikutip dari bukunya Bertens, 1981, Hal, 231
[10] Menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian
[11] Meninjau atau mengoreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan dan sebagainya) diri sendiri
[12] Berwujud kebendaannya
[13] Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Hal, 48
[14] Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai ( Bandung : Divisi Buku Umum, 2006), cet.2, hlm 169.metode ilmiahmetode ilmiah dalam filsafat

0 komentar :

Posting Komentar