- METODE
ILMIAH
1. Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan
yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut
ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu
pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah
Metode berasal dari
bahasa Yunani “methodos” yang artinya jalan. Sedangkan dalam bahasa latin
“methodus” berarti cara. Dalam bahasa Inggris “method” artinya: 1) procedure
of process for attaining an object, systematic procedure, technique, or mode of
inquiry by or proper to a particular discipline or art. 2) a discipline
that deals with rhe principles and techniques of scientific inquiry[1].
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
dipahami bahwa metode adalah suatau proses atau prosedur yang sistematik
berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu
disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan
sebagai cara kerja ilmiah. Sedangkan metodologi adalah pengkajian mengenai
model atau bentuk metode-metode, aturan-aturan yang harus dipakai dalam
kegiatan ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka
metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus[2].
Metode menurut Senn, merupakan suatu
prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah
sistematis[3].
Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan
pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran.
Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasialkan diharapkan mempunyai
karakteristik-karrakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah,
yaitu sifat rasional dan terujia yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang
disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, maka
metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir
induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya[4].
Metodologi penelitian adalah
pengetahuan tentang metode-metode yang dipergunakan dalam penelitian. Suatu
penelitian dapat disebut sebagai penelitian ilmiah, jika penelitian tersebut
dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah yang benar adalah :
a.
Berdasarkan
fakta;
b.
Bebas
dari prasangka;
c.
Menggunakan
prinsip analisis;
d.
Menggunakan
hipotesis;
e.
Menggunakan
ukuran objek: dan
f.
Menggunakan
teknik kuantifikasi.[5]
Jadi, metodologi penelitian adalah
pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Setiap
peneitian pada hakikatnya mempunyai metode penelitian masing-masing, dan
metode-metode penelitian dimaksud ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Kegiatan pertama dalam penyusunan metode penelitian adalah, menyatakan secara
lengkap dan operasional terhadap tujuan penelitian yang mencakup, bukan saja
variabel-variabel yang akan diteliti dan karakteristik hubungan yang akan
diuji, melainkan sekaligus tingkat keumuman (level of generality) dari
kesimpulan yang ada, seperti tempat, waktu kelembagaan dan sebagainya. Metode
penelitian mencakup beberapa teknik seperti teknik pengambil contoh, teknik
pengukuran, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Hasil pemilihan dan analisis masalah
serta penentuan metodologi penelitian, lazimnya di tuangkan dalam design
atau rancangan penelitian “cetak biru” (blue frint), suatu penelitian
yang akan dilaksanakan.
Pengumpulan data adalah aktifitas
pengumpulan informasi sesuai dengan sumbernya, metode dan instrumens penelitian
data, sebelumnya telah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki
penelitian. Metode pengumpulan data yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya
melalui beberapa cara, seperti : observasi, wawancara, dan angket. Variabel
yang akan dikumpulkan, sumber data yang berasal dari mana keterangan mengenai
variabel tersebut akan di dapat, terdapat dalam teknik pengumpulan data.[6]
Dalam metodologi penelitian, juga harus
dicantumkan teknik analisis data. Misalnya ; penelitian yang bersifat pengaruh,
“pengaruh metode inteactive learning terhadap prestasi siswa” model
penelitian ini, biasanya menggunakan teknik analisa data regresi.
Penelitian yang bersifat hubungan (kausalitas), seperti : “hubungan
antara kondisi keluarga dengan prestasi siswa”, model penelitian ini biasanya
menggunakan teknik analisa data rank spearment atau Produck Moment.
Penelitian yang bersifat perbedaan seperti : “perbedaan prestasi siswa yang
tinggal di rumah” biasanya menggunakan teknik analisa data T. Test, dan
lain sebagainya.[7]
- UNSUR-UNSUR
METODOLOGI
Unsur-unsur metodologi sebagaimana telah
dirumuskan oleh Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair dalam buku metodologi
penelitian filsafat (1994), antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1. Interpretasi
Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi
yang tidak bersifat subyektif (menurut selera orang yang menafsirkan) melainkan
harus bertumpu pada evidensi obyektif, untuk mencapai kebenaran yang otentik.
Dengan interpretasi ini diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian,
pemahaman atau Verstehen. Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya
pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari.
2. Induksi dan Deduksi
Diakatakan oleh Beerling, bahwa setiap
ilmu terdapat penggunaan metode induksi dan deduksi, menurut pengertian siklus
empiris. Siklus empiris meliputi beberapa tahapan, yakni: observasi, induksi,
deduksi, kajian (eksperimentasi) dan evaluasi. Tahapan itu pada dasarnya tidak
berlaku secara berturut-turut, melaikan terjadi sekaligus. Tetapi siklus ini
diberi bentuk tersendiri dalam penelitian filsafat, berhubugnan dengan
sifat-sifat obyek formal yang istimewa, yaitu manusia.
a. Induksi
adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat khusus ke hal-hal yang
bersifat umum. Induksi pada umumnya disebut generalisasi. Yaitu ilmu eksakta
mengumpulkan data yang jumlahnya tertentu, dan di atas dasar data itu disusun
suatu pengertian umum.
b. Deduksi
adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus. Deduksi dapat dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu:
1) Dari
pemahaman yang telah digeneralisasikan dapat dibuat deduksi mengenai
sifat-sifat lebih khusus yang mengalir dari yang umum tadi, tetapi segi-segi
khusus ini masih tetap merupakn pengertian umum.
2) Akhirnya,
semua yang umum harus dilihat kembali dalam hakikat menusia yang individual.
Oleh pemahaman yang universal tadi individu disoroti dan dijelaskan. Dengan
demikian generalisasi yang dahulu dikaji kembali apakah memang sesuai dengan
kenyataan realistic atau tidak, kemudian baru direfleksikan kembali.
c. Lingkaran
Hermaneutik
Hermaneutik
berasal dari bahasa Yunani, hermeneou, yang memiliki beberapa
pengertian; (1) mengungkapkan pikiran seseorang dalam kata-kata, (2)
menterjemahkan atau bertindak sebagai penafsir atau bisa berarti menafsirkan[8].
Sebenarnya istilah induksi-deduksi tidak dapat dijelaskan mana yang terjadi
lebih dahulu. Yang khusus dari semula dipahami dengan dilatarbelakangi oleh
yang umum, seakan-akan yang umum telah diketahui sebelumnya. Seperti contoh di
bidang hukum, seorang hakim menerapkan hukum-hukum umum pada kasus-kasus
kongkret. Akan tetapi, sebaliknya hukum-hukum itu juga baru dimengerti dalam
dan dengan menerapkan pada kasus kongkret itu[9].
d. Identifikasi
Penelitian
sendiri melebarkan horizon pribadi (pandangan pribadi secara mendatar) dengan
cara mengolah lingkaran pemahahman antara yang khusus dan yang umum. Justru di
dalam pemahaman transidental[10]
ia dapat lebih memahami diri. Oleh sebab itu, peneliti kembali ke intropeksi[11]
dan melibatkan pribadi. Dengan demikian, universalitas dan generalisasi itu
bukan tinggal suatu abstraksi belaka, melainkan menjadi pemahaman pribadi dan
eksistensial[12].
3. Koherensi intern
Yaitu usaha memahami secara benar guna
memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur-unsur struktural dilihat
dalam suatu struktur yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan internal
struktur atau internal relation.
4. Holistik
Tinjauan
secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh. Obyek dilihat nteraksi
dengan seluruh kenyataannya. Identitas obyek akan terlihat bila ada korelasi
dan komunikasi dengan lingkungannya. Obyek (manusia) hanya dapat dipahami
dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan manusia, dan
manusia sendiri hubungannya dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi-reaksi
sesuai dengan tema zamannya.pandangan menyeluruh ini juga disebut totalitasi,
semua dipandang dalam kesinambungannya dalam satu totalitas.
5.
Kesinambungan historis
Jika ditinjau
menurut perkembangannya, manusia itu adalah mahluk historis. Manusia disebut
demikian karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran, bersama dengan
lingkungan zamannya. Masing-masing orang bergumul dalam relasi dengan dunianya
untuk membentuk nasib dan sekaligus nasibnya dibentuk oleh mereka. Dalam
perkembangan pribadi itu harus dapat dipahami melalui suatu proses
kesinambungan.
6.
Idealisasi
Idealisasi merupakan proses untuk
membuat ideal, artinya upaya dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal
atau yang sempurna. Misalnya dalam sosialitas manusia, atau dalam kebebasan
atau dalam kejasmanian-kerohaniannya sudah ditunjukkan suatu realisasi harmonis
yang diwajibkan kepada manusia, akan tetapi jarang atau tidak pernah
direalisasi menurut kesempurnaannya.
7. Komparasi
Adalah usaha untuk memperbandingkan
sifat hakiki dalam obyek penelitian sehingga dapat lebih jelas dan lebih tajam.
Komparasi dapat diadakan dengan obyek lain yang sangat dekat dan serupa dengan
obyek utama. Dengan perbandingan itu, dengan meminimalkan perbedaan-perbedaan
yang masih ada, banyak yang ditemukan kategori dan sifat yang berlaku bagi
jenis yang bersangkutan. Dan komparasi juga dapat diadakan dengan obyek lain
yang sangat berbeda dan jauh dari obyek utama.
8. Heuristika
Adalah metode untuk menemukan jalan baru
secara ilmiah untuk memecahkan masalah. Heuristika benar-benar dapat mengatur
terjadinya pembaharuan ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat memberikan kaidah
yang mengacu.
9. Analogikal
Adalah filsafat meneliti arti, nilai dan
maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data. Dengan demikian, akan dilihat
analogi antara situasi atau kasus yang lebih terbatas dengan yang lebih luas.
10. Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat
dideskripsikan atau dibahasakan, ada kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiran
seperti antara jiwa dan raga. Data yang dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami
secara mantap[13].
- MACAM-MACAM METODE ILMIAH
1.
Metode
induksi-deduksi
Metode induksi ialah suatu cara atau
jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik
tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus,kemudian
menarikkesimpulan yang bersifat umum.Artinya dalam hal ini oarang mengawali
suatu penalaran dengan memberikan contoh-contoh tentang peristiwa-peristiwa
khusus yang sejenis kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Penarikan
kesimpulan secara umum adalah sebagai berikut :
“Perunggu itu apabila
dipanaskan akan memuai,perak bila dipanaskanakan memuai,begitupulah dengan emas
apabila dipanaskan akan memuai juga”. Dengan demikian semua logam apabila
dipanaskan akan memuai pula.
Induksi
ini pada umumnya disebut generalisasi. Kasus manusia yang kongkret itu
individualnya dalam jumlah terbatas
dianalisis dan pemehaman yang ditemukan di dalamnya dirumuskan secara
universal. Pada metode induksi filosofis ini, hakekatnya manusia yang universal
ditemukan di dalam yang individual. Berarti hakekatnya itu berlaku bagi semua
kasus, dalam situasi manapun. Pada penggunaan metode induksi, kesimpulan yang
diperoleh pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang boleh jadi benar.
Sedangkan
Metode Deduksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak pada pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
khusus.Artinya dalam hal ini orang perlu menentukan sikap tertentu dalam
menghadapi masalah tertentu, dan berdasarkan atau sikap tadi kemudian mengambil
langkah kesimpulan dalam tingkat yang lebih rendah.
Penerapan metode
deduksi harus melalui dua tahap,yaitu:
a.
Dari
pemahaman yang telah digeneralisasi dapat dibuat deduksi mengenai sifat-sifat
yang lebih khusus yang mengalir dari yang umum,tetapi segi khusus ini masih
tetap merupakan pengertian umum.
b.
Yang
umum semuanya harus dilihat kembali dalam skala yang individual,oleh pemahaman
universal tadi,individual disorot dan dijelaskan.
Sebenarnya dari metode induksi maupun
deduksi, tidak dapat dikatakan mana yang lebih dahulu. Jadi antara induksi dan
deduksi terdapat suatu lingkaran Hermeneutik, dari umum ke khusus dan dari
khusus ke umum.
2.
Metode
Analisis – Sintesis
Metode Analisis adalah jalan yang
dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian
terhadap obyek yang diteliti. Jadi dalam hal ini orang akan memperoleh
pengetahuan yang sifatnya baru sama sekali. Metode Analisis ini dapat
diterapkan terhadap pengertian yang bersifat apriori maupun aposteriori.
Apriori yaitu sifat bahannya diperoleh tidak melalui pengalaman-pengalaman
indrawi. Aposteriori yaitu pengertian mengenai hal-hal yang ada dan sudah
pernah ada dalam pengalaman-pengalaman seseorang, khususnya pengalaman indrawi.
Misalnya kita membuat definisi tentang kursi, kursi adalah tempat duduk itu
merupakan pengertian yang sudah jelas, oleh karena itu kita tidak memperoleh
pengetahuan yang baru sama sekali apa yang dinamakan kursi,melainkan kejelasan
mengenai apa yang disebut kursi.
Apabila menerapkan metode analisis, maka
dalam hal ini kita sekedar memilah-milahkan antara pengertian mana yang
merupakan pengertian yang sesunggunya untuk memberikan keterangan.
Sedangkan Metode Sintetis adalah jalan
yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan cara mengumpulkan
atau menggabungkan. Metode ini berarti cara penanganan terhadap obyek ilmiah
tertentu dengan jalan menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang
lain, yang pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang sifatnya baru sama
sekali. Seperti halnya metode analisis, metode sintetis ini dapat diterapkan
terhadap bahan yang bersifat apriori ataupun aposteriori. Penerapan yang
pertama akan menghasilkan pengetahuan sintetik apriori dan pengetahuan yang
kedua menghasilkan pengetahuan sintetik aposteriori. Maksud pokok metode ini
itu untuk mengumpulkan semua pengetahuan yangdapat diperoleh untuk menyunsun
suatu pandangan dunia. Sintetis merupakan uasaha untuk mencari kesatuan dalam
keberagaman.
3.
Metode
Hermeneutik
a.
Pengertian
Metode Hermeneutik
Secara
etimologis, kata hermeneutik berasal dari Yunani yang berarti menafsirkan.
Istilah tersebut menurut mitologis, diambil dari nama tokoh yang bernama
Hermes, yaitu seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan Yunani kepada
manausia. Tugas Hermes menerjemahkan pesan-pesan dari Dewa di Gunung Olympus ke
dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia.
Oleh
karena itu Hermeneutik pada akhirnya diartikan sebagai proses mengubah sesuatu
dari situasi ketidaktahuan, menjadi mengerti. Batasan umum ini dianggap
benar,baik Hermeneutik klasik maupun dalam pandangan modern(Richard
E.Palmer,1969:3) yaitu: Semenjak seni berbicara dan seni memahami berhubungan
satu sama lain, maka berbicara merupakan sisi luar dari berpikir, hermeneutik
merupakan bagian dari berpkir itu, dan oleh karenanya bersifat filosofi.
Dengan
demikian penerapan hermeneutik sangat luas yaitu meliputi bidang teologi,
filosofi, linguistik dan hukum. Hermeneutik sebagai suatu metode diartikan
sebagai cara menafsirkan simbol yang berupa teks atau benda kongkret untuk
dicari arti dan maknanya.
b.
Keterkaitan
Antara Hermeneutik Dengan Bahasa
Menurut
Friedrich Ast tugas Hermeneutik adalah membawa keluar makna interal dari suatu
teks beserta isi situasinya menurut zamannya. Membagi tugas itu ke dalam 3
bagian yaitu: sejarah, tata bahasa dan aspek kerohanian.
Menurut
Richard Palmer,hermeneutik adalah proses penelaahan isi dan maksud yang
mengejawantah dari sebuah teks sampai maknanya yang terdalam dan laten.
Menurut
Paul Ricoeur filsafat adalah sebuah hermeneutik yang membaca makna yang
tersembunyi dan didalam sebuah teks yang mengandung arti yang kelihatannya
sudah jelas. Schleirmacher menawarkan sebuah rumusan positif dalam bidang seni
interpretasi, yaitu rekontruksi historis, obyektif dan subyektif terhadap suatu
pernyataan. Ia bermaksud membahas sebuah pernyataan dalam hubungan bahasa
sebagai keseluruhan.
Tugas
hermeneutik adalah memahami teks sebaik-baiknya atau lebih baik dari pengarangnya
sendiri, dan memahami pengarang teks lebih baik dari memahami diri sendiri.
Oleh karena itu setip bagian dari suatu peristiwa hanya dapat dipahami dalam
konteks keseluruhan bagaian-bagaiannya, juga sebaliknya, penafsiran harus
mempunyai pandangan yang menyeluruh sebelum ia melakukan interpretasi lebih
cermat.
c.
Penerapan
hermeneutik dalam ilmu-ilmu humaniora
Edmund
Husserl menyatakan obyek dan makna tidak pernah terjadi secara serentak atau
bersama-sama,sebab pada mulanya obyek itu netral. Meskipun arti atau makna
muncul dari sebuah obyek atau obyek menurunkan maknanya atas dasar situasi obyek,
semuanya adalah sama saja.
4.
Metode
Penelitian Ilmiah Lainnya
Metode
Penelitian Ilmiah pada hakekatnya adalah untuk mencari, memperoleh, menemukan
kebenaran ilmu pengetahuan baru. Dalam hal ini ada beberapa macam teori untuk
mencapai kebenaran pengetahuan yaitu:
a.
Pendirian
Positivisme yaitu pendirian yang tidak mengenal perbedaan kualitas antara indra
dan akal, yang ada hanya perbedaan kuantitas. Yang diterima sebagai pengetahuan
adalah yang betul-betul merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang
Yang diterima sebagai pengetahuan adalah yang betul-betul merupakan pengetahuan
ilmiah, yaitu pengetahuan yang positif yang berdasarkan pada pengalaman indera,
sedangkan pengertian yang bersifat umum abstrak dianggap tidak mempunyai nilai
ilmiah. Kesimpulan disunsun atas dasar pengalaman, yang menjadi pangkal segala
penelitian, sedangkan bukti-bukti yang dipakai adalah induksi. Semua
perkembangan penelitian yang sampai pada kausa adalah tidak dapat diterima
sebagai pengetahuan yang sesungguhnya. Dengan demikian pengetahuan
kefilsafatan, terutama metafisika, karena merupakan pengetahuan yang tidak
berdasarkan tangkapan panca indera, tidak mungkin dapat diteliti secara inderawi.
Satu-satunya tugas ilmu pengetahuan ialah mengadakan penelitian gejala-gejala,
yang daripadanya dapat diambil kesimpulan yang umum.
b.
Pendiri
Idealisme merupakan pendirian kebalikan dari positivisme yang hanya mengenal
fakta-fakta. Idealisme hanya mengenal ide-ide yang sama sekali terlepas dari
fakta-fakta. Apabila fakta-fakta itu dimasukkan ke dalam lingkungan penelitian,
maka hal itu hanyalah merupakan materi bagi penerapannya. Karena itu metodenya
adalah sintetis.
c.
Pendirian
Realisme adalah pendirian campuran yang menyatukan pendirian Positivisme dan
Idealisme dengan bertitik pangkal pada panca indera,indera batin maupun akal
dapat dipakai untuk memperoleh pengetian-pengertian yang betul-betul
ilmiah,keduanya saling melengkapi. Demikian juga dengan alat-alat pembuktiannya
yang induktif dan deduktif. Maka metodenya adalah analisis dan sintetis. Yang
paling tepat untuk pendirian Realisme adalah metode Realistik Abstrak.
d.
Pendirian
Skeptisisme
Pendirian ini
menganggap bahwa segala sesuatu hanya merupakan pengertian yang relatif dan
subyektif. Dengan demikian manusia dianggap tidak mampu memperoleh pengertian
yang sungguh-sungguh sebagaimana adanya, yang dapat ditangkap hanya
gejala-gejalanya saja. Adanya berbagai ragam pendirian diatas menyebabkan adanya
metode ilmiah lainnya yaitu:
1)
Metode
Eklektis
Dalam metode Elektis
semua sistem diambil mana yang dianggap dapat digunakan dan dijadikan satu, hal
ini kita jadikan penuntun karena manusia itu mempunyai sifat eklektis.
2)
Metode
Keragu-raguan
Dalam penelitian ini
peneliti harus mengobyektifkan diri, kita harus dapat menempatkan sebagai
subyek peneliti yang obyektif. Keadaan ini disebut keraguan yang metodis yang
tidak hanya merupakan pangkal, tetapi harus mempengarui arah penelitian.
Peneliti ini harus betul-betul berpikir secara obyektif, agar keraguan metodis
seluruhnya dapat dipertanggungjawabkan dan akhirnya tida lagi bersangkut paut
dengan sikap skeptisisme.
Sedangkan dalam prakteknya, metodologi
penelitian dikelompokkan ke dalam beberapa metode sesuai dengan disiplin
keilmuan yang akan ditelitinya. Diantara metode-metode itu adalah :
a.
Metode
sejarah. Penelitian dapat dilihat dalam perspektif serta waktu terjadinya
fenomena-fenomena yang diselidiki, dan mempunyai perspektif historis.
b.
Metode
deskriftif. Suatu metode yang meliputi status kelompok manusia dalam suatu
objek, kondisi dan sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang.
c.
Metode
eksperimental. Penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap
objek penelitian serta adanya kontrol.
d.
Grounded
research. Suatu metode yang mendasarkan diri
kepada fakta dan menggunakan analisa perbandingan yang bertujuan untuk
mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori
dan mengembangkan teori dimana pengumpulan dan analisa data berjalan pada waktu
yang bersamaan.
e.
Metode
penelitian tindakan (action research). Suatu metode yang dikembangkan
peneliti dan (desicion maker) tentang variabel yang dapat
memanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan.[14]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu
merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang
dinamakan metode ilmiah.
2.
Unsur-unsur
metodologi sebagaimana telah dirumuskan oleh Anton Bakker dan Ahmad Charis
Zubair dalam buku metodologi penelitian filsafat (1994), antara lain, interpretasi, induksi dan deduksi, lingkaran hermaneutik, identifikasi, koherensi intern, holistik, kesinambungan historis, idealisasi, komparasi, heuristika, analogikal, deskripsi.
3.
Macam-macam metode diantara lain ialah ; metode
induksi - deduksi,
metode analisis – sintesis, metode hermeneutic, metode
kualitatif-kuantitatif, metode
penelitian ilmiah lainnya. Metode
Penelitian Ilmiah pada hakekatnya adalah untuk mencari, memperoleh, menemukan
kebenaran ilmu pengetahuan baru. Dalam hal ini ada beberapa macam teori untuk
mencapai kebenaran pengetahuan yaitu: pendirian
positivisme, pendirian idealisme, pendirian realisme, pendirian skeptisisme. Adanya berbagai
ragam pendirian diatas menyebabkan adanya metode ilmiah lainnya yaitu: metode eklektis dan metode keragu-raguan.
B.
SARAN
Sebagai
mahasiswa yang mempunyai intelektual dan akan menjadi penerus bangsa di eara Science
ini, dalam mengkaji sebuah penelitian, hendaknya menggunakan metode-metode
ilmiah seperti yang telah dipaparkan dalam makalah ini, agar sebuah penelitian
tersebut dapat dianggap masuk akal dan bukan omong kosong belaka.
DAFTAR PUSTAKA
MKD, Tim Penyusun, Pengantar
Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011.
Sudarto, Metodologi Penelitian
Filsafat, Jakarta: PT RajaGravindo Persada, 1997.
Suharto, Suparlan, Filsafat Ilmu
Pengetahuan, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2005.
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu dari
Hakikat Menuju Nilai,
Bandung : Divisi Buku Umum, 2006, Cet.2.
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar harapan,
2009
[1] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz, 2005), Hal, 94, Yang dikutip
dalam bukunya Webster’s: 1979
[2] Ibid, 95
[3] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 2009), Hal,
119
[4] T. H. Huxley, “the method of
Scientific Investigation, “Science Method And Meaning, ed. Sammuel Rapport
dan Hellen Wright (New York: Washington Square Press, 1964), Hal, 2. (lihat
buku kedua, Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:
Pustaka Sinar harapan, 2009), Hal, 120
[5]
Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai ( Bandung
: Divisi Buku Umum, 2006), cet.2, hlm 168.
[6] Cecep
Sumarna, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai ( Bandung : Divisi Buku
Umum, 2006), cet.2, hlm 170.
[7]
Ibid,. hlm 171.
[8] Tim penyusun MKD, Pengantar
Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011), Hal, 208
[9] Sudarto, Metodologi Penelitian
Filsafat, (Jakarta: PT RajaGravindo Persada, 1997), Hal, 44, yang dikutip
dari bukunya Bertens, 1981, Hal, 231
[10] Menonjolkan hal-hal yang
bersifat kerohanian
[11] Meninjau atau mengoreksi
terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan dan sebagainya) diri sendiri
[12] Berwujud kebendaannya
[13] Sudarto, Metodologi
Penelitian Filsafat, Hal, 48
[14]
Cecep Sumarna, Filsafat
Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai ( Bandung : Divisi Buku Umum, 2006), cet.2,
hlm 169.metode ilmiahmetode ilmiah dalam filsafat
0 komentar :
Posting Komentar